Rabu, 17 Mei 2017

Moodie, Normal Enggak, sih?

Bete

Nasib jadi orang moodie.
Mood bisa ke-swing kapan aja dan dimana aja.
Dan parahnya lagi, kalau udah bt banget, suka enggak bisa control diri sendiri.
Misal nih, ada aja ya orang suka comment di ig, fb, line, or else, yang enggak enak bgt dibaca. Kalau di ig, biasanya sih nanggepin insta story.

Nah, kalau ada org yg aku rasa annoying bgt, aku enggak akan balik ganggu apalagi menghina mereka (karena ini bukan aku banget) aku memilih untuk langsung main block. Hal ini sudah kulakukan sejak punya Facebook sekitar delapan tahun silam, yakni 2009. Nah, tiap lihat profil orang yang enggak jelas, apalagi suka inbox yg super annoying like "helo, wru dear, hi beautiful, kenalan yuk" sumpah, aku langsung block itu orang.

FYI, dalam sehari aku bisa unfol temanku sendiri. Kalau gak suka, aku langsung unfol ataupun block. So simple.

Hal itu pun berlanjut sampai sekarang sudah kuliah. Emosi yang enggak jelas begitu berlanjut dan susah hilang sampai sekarang. Kalau mau melakukan sesuatu, sulit banget kalau enggak dilakukan. Bahkan, kalau sesuatu yang aku mau enggak terkabul, aku bisa bt dan enggak ngomong sama orang sekitar, hal itu bisa bertahan sampai satu minggu. Enggak percaya? Keluargaku di rumah adalah saksinya. Aku bisa enggak teguran sama mereka, bahkan aku pernah enggak teguran sama saudara sendiri hampil dua bulan lamanya. Sama orangtua juga pernah. Itu cuma ngambek. Gimana kalau musuhan? Parah? Iya, banget. Dosa? Udah pasti.

Egois? Hmmmmmm enggak juga sih.
Tiap orang kan beda-beda.
Dan aku mengakui kelemahanku di sini.
Punya tipe kepribadian yang enggak suka banget sama keribetan, seperti klarifikasi.
Dari kecil, aku selalu punya pemikiran kalau setiap orang punya otak untuk menganalisa apa yang orang lain inginkan.
So, aku bertindak seperti semua orang tahu apa yang aku pikirkan, tanpa kuberi tahu apa maksudku. 

Jadi gini, kalau ada yang nganggap aku salah, aku paling enggak suka untuk klarifikasi. Aku lebih milih buat jawab "oh iya, sengaja, tau kok, yaudahsih," padahal mereka gatau, aku punya tujuan lain. 

But, balik lagi. Aku moodie.
Kalau aku dibilang salah, aku bisa aja klarifikasi sampai orang lain itu merasa sangat salah. Sampai orang lain itu tau maksudku, sampai orang lain itu minta maaf. Bisa banget. Nah, kalau sudah sifat yang begini yang keluar, itu lagi emosi.

Jahat? Enggak dong.
This is me.
Aku juga bukan orang yg tegaan. Hatiku gampang sekali teriris. Tapi enggan untuk kuperlihatkan. Kenapa? Karena itu enggak penting.

Orang lain enggak butuh informasi tentang kamu, kecuali kamu terkenal, kaya, dan sedang membutuhkanmu.

Bicara soal teman, Alhamdulillah aku punya banyak teman yang baik dan mengerti. Aku apresiasi banget sama teman yang mengerti kalau mukaku dari sananya emang jutek. Banyak banget orang yg suka ngomong di belakang, "fira yang jutek tu kah?" Wkwkwk. Kebiasaan judging buku dari cover. Ndik faeda.

Sombong? Anti.
Sebisa mungkin aku tanamkan ilmu padi dalam diri. Keluargaku bukan orang kaya, apa yang perlu disombongkan? Aku bukan anak pintar, jago ngomong, juara sana sini, punya knowledge yg luas, cantik juga enggak, trus apa yang perlu disombongkan? Cuma bikin malu doang.  
Aku cuma punya pilihan hidup sendiri. Enggak suka diatur. Orangtua dan saudaraku adalah manusia yang paling mengerti. Dari kecil, mereka enggak pernah ngatur aku. Bahkan bisa dibilang 'enggan'. Kenapa? Ya karena aku enggak suka ngatur mereka, apalagi orang lain. Hahaha! 

Sempat kepikiran "sampai kapan jadi begini?" Ya mau gmn ya. Udah doyan sih jadi begini. Menurutku, jadi diri sendiri itu lebih penting. Daripada harus pencitraan sana sini tebar quotes sana sini tebar perubahan dalam diri sana sini ngurusin orang sana sini, tapi sekali ditegur menciut juga. Yha udha lha yha. 

Be yourself and you'll be fine.

Bapak pernah bilang, kamu enggak perlu dengarin perkataan org lain kalau mau maju. Kalau mau tetap di situ, yaaa dengarin aja perkataan semua orang. 

Intinya, mau seperti apa dirimu, itulah dirimu. Asal kamu enggak pernah ngerepotin hidupnya, hidupmu masih normal kok. Selama kamu enggak menjerumuskan mereka ke hal yang buruk, hidupmu masih baik. 

Jadi aja dirimu sendiri, meskipun orang lain enggak suka. Enggak penting juga mereka suka apa enggak. Berat ringannya amal pas ditimbang juga masing-masing kok, majunya sendiri-sendiri, enggak bareng-bareng gerombolan kayak genk yang berkuasa di sekolah. 

"Yaa cari saja jalan surgamu sendiri. 
Temukan di mana zona nyamanmu.

Tapi jangan jadi orang yang enggak berguna."