Kamis, 07 Desember 2017

When They Call Me “Bocah Labil” | Ketika Mereka Panggil Aku Si Bocah Labil

When They Call Me “Bocah Labil”

     Baru-baru saja aku dikatain ‘bocah labil’ oleh segelintir pemuda yang bisa dibilang sudah tua tapi bukan orang tua karena mereka belum pada nikah.

     Sontak aku kaget, kok bisa ya. Padahal aku enggak begitu kenal mereka, ngomongin, apalagi ngurusin mana pernah, enggak penting menurutku. Waktuku terlalu berharga jika dihabiskan untuk ngomongin orang yang enggak aku kenal, apalagi enggak ada kepentingannya sama hidupku. Tapi tiba-tiba aja aku di-judge gitu sama mereka yang sudah tua, hehe. Enggak kaget sih, soalnya, tua enggak menandakan kedewasaan.

     Karena ini cerita yang menurutku menarik, aku jadi pengin jelasin kenapa harus ceritain ini diblog. 

     Pertama, aku kaget kenapa ada orang kurang kerjaan sampai sebegitunya, ya? Ngomongin aku yang enggak kenal sama mereka sampai se-detail itu. Siapalah aku ini, artis bukan, ngehit juga enggak, dan jauh dari kata populer. Jadi, wajar aja dong kalau aku kaget? Sebenarnya aku tahu mereka, tapi karena hidupku penuh prinsip, aku memutuskan untuk enggak mau too close sama yang kayak gitu. Kecuali mereka bawa dampak baik, baru aku mau akrab. Enggak sombong, tapi itu namanya prinsip. Pasti sudah pada bisa kan, bedain mana sombong dan mana prinsip.

     Kedua, aku bagi info lagi, hidupku penuh prinsip. Sedikit cerita, aku adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Punya satu kakak perempuan, dan satu adik laki-laki. Aku keras kepala dari kecil, susah dikasih tahu, karena aku terlalu berpegang teguh sama apa yang sudah aku yakini. Sekali A, tetap A. Kalau penginnya B, harus B. Aku juga pemikir keras, segala sesuatunya harus aku pikirkan dan aku urutkan agar segala sesuatunya berjalan dengan baik. Sistematis. Krn kalau berantakan aku suka pusing. Aku sensitif soalnya. Tapi meskipun sensitif, aku enggak terlalu nunjukin. Misal, ada orang yang bikin aku tersinggung, ya aku biasa aja. Enggak mau terlalu nunjukin rasa marah ke orang itu, karena menurutku itu enggak begitu penting untuk diketahui orang lain. Ya bisa dibilang, aku pendendam sejati. Bukan berarti aku baik di depan, jelek-jelekin di belakang. Kalau aku enggak suka, aku bakal diam. Memilih untuk pergi, daripada bertahan untuk berkutat dalam sesuatu yang tidak aku sukai. Kalau enggak percaya, cobain aja. Bisa ketahuan kok, kalau aku enggak pernah natap mata, cenderung diam, dan sedikit respon, itu tandanya aku enggak suka. Diam itu bahaya, menurutku. Banyak sekali hal yang sudah aku tinggalkan karena tidak kusukai, padahal disukai oleh banyak orang. 

     Ketiga, aku enggak takut untuk ngelakuin itu, karena itu prinsip hidupku. Enggak masalah orang mau ngelakuin itu juga sama aku, toh yang penting enggak menyakiti, kan? Aku hanya enggak mau melakukan dan mendekati apa yang enggak disukai. Karena itu pahit. Haha. 

     Keempat, aku berpikir keras saat tahu mereka suka ngomongin aku dengan predikat ‘si bocah labil’. Kenapa ya? Apa aku punya salah? Aku bakal berhenti heran, kalau aku tahu penyebabnya. Aku juga enggak akan bertanya-tanya lagi, kalau memang aku punya salah sebelumnya. 

     Ini beberapa kisah yang membuktikan aku keras kepala. Fyi, biasanya orang keras kepala itu labilnya jarang. Karena sangat kukuh sama pendapatnya pribadi. No matter orang lain mau ngomong apa. 

     Kisah pertama, sejak lulus SMP aku memutuskan untuk hijrah ke Samarinda, tinggal sendirian, hidup ngekost, dan jauh dari orang tua, menghabiskan waktu tiga tahun (SMA) sendirian. Orang-orang pada nanya, like, “hah? Kok berani sih? Kenapa enggak asrama aja? Kok dibolehin orang tua sih? Gimana rasanya?” Dan bla bla bla. Tapi aku jawab santai aja, ya karena ini MAUKU. As simple as that.

     Kisah kedua, aku berani ikut ini itu sendirian tanpa teman. Banyak organisasi yang aku ikuti tanpa teman. Karena menurutku, susah banget ngajak orang untuk mengikuti kemauanku yang rada aneh dan beda ini. So, enggak ada jalan selain bergerak sendiri demi mewujudkan keinginan. Sekali lagi, karena ini MAUKU.

     Kisah ketiga, aku sangat berani ambil keputusan yang enggak disangka-sangka sama orang lain. Contohnya, baru-baru saja aku resign dari kantor pers terbesar di Kalimantan Timur. Aku resign dari profesiku sebagai Reporter. Padahal ini adalah kesempatan emas untuk mewujudkan cita-citaku sedari SMP untuk menjadi seorang wartawan kriminal. Tapi aku memutuskan untuk resign. Kenapa? Ya karena ada beberapa alasan yang sudah aku pikirkan dari jauh-jauh hari. Bukan keputusan sesaat gitu aja. Semua sudah terpikirkan in syaa Allaah secara matang. Karena ini MAUKU.

     Kisah keempat, aku berani ambil resiko besar dalam hidup. Contoh real-nya, berani kerja di tempat yang jauh dari tempat tinggalku. Dulu, jarak kantor dan kontrakanku kurang lebih 15km, sering pulang larut malam (padahal jalanan sepi banget), dan itu tiap hari kulalui dengan sepeda motor, tanpa SIM. Padahal aku sudah tahu kalau itu sangat berbahaya, apalagi aku perempuan. Sekarang, aku bekerja (mengajar) dengan jarak yang jauhnya kurang lebih 13km dari kostku. Padahal kalau dipikir-pikir, ngapain sih, kerja? Jauh banget pula. Kan masih kuliah? Masih ada orang tua juga yang biayain. Ngapain repot? Ya, jawabannya pasti udah tahu dong ya, karena ini MAUKU. 

     Dari keempat poin di atas, mungkin bisa menyimpulkan sendiri kan, kenapa aku heran ketika dijuluki si bocah labil? They judge me without knowing anything

     Mereka enggak kenal aku siapa, enggak tahu gimana aku yang sebenarnya, tapi langsung main hakim sendiri, menyimpulkan seenak jidat. 

     Ya begitulah manusia. Bisanya cuma nge-judge, giliran di-judge balik pasti sarik jua ai. Dasarr jua si julak ni. Lakasi dah nikah sana. Biar ada yang diurusi, jangan cuma ngurusi bocah labil kaya aku ni wara. Mun kadada gawian tu jakanya jangan tapi diliatkan jua. Bari maras aja! Hahahahaha.

     Mungkin aku memang belum setua kalian-kalian. Tapi maaf, if I were you, aku malu dikatakan tua dengan predikat si-tukang ngomongin bocah. Oh iya maaf lagi, aku memang masih muda dan mungkin pemikiranku agak susah diterima oleh kalian. Menurutku, si dewasa harusnya bisa mengerti watak orang berbeda-beda. Buktikan dong kalau udah dewasa, dengan cara mengerti tentang manusia. Bukan menggurui ya. Tapi, yuk, kita sama-sama malu, kalau punya status tua, tanpa dibersamai oleh kedewasaan.

     Semoga kita bisa menjadi orang yang sibuk memperbaiki diri tanpa letih, dan dijauhkan dari sifat terlalu sibuk ngurusin orang lain sampai lupa ngurusin diri sendiri. Aamiin yaa Rabb.

     Enggak ada maksud singgungan dalam tulisan ini. Semua ditulis dalam rangka sharing tentang cerita yang menurutku menarik untuk dibahas. Aku juga menulis ini sambil terus berkaca pada diri sendiri, bukan berarti nulis ini tanda sudah dewasa, tidak. Aku menjadikan hal ini pelajaran berharga, agar bisa lebih baik kedepannya dan menjauhi kesalahan yang sudah aku ketahui dampaknya.


     

Senin, 23 Oktober 2017

Sakit Gigi Bikin Turun 7kg!

     Jadi, karena sudah kurang lebih lima tahun pakai behel dan gigi belum terlalu rapih, dokter ortoku memutuskan untuk cabut dua gigi lagi. Yakni satu gigi atas sebelah kanan samping taring, dan satu gigi atas sebelah kiri yang baru saja ditambal karena bolong. Fyi, aku sudah mencabut empat gigiku sebelum pasang behel, yaitu saat kelas 3 SMP (sekitar tahun 2012). So, total keseluruhan, aku sudah cabut enam gigi karena behel.

.....Tolong enggak usah kaget, biasa aja. (Wkwk).

     (Oh ya, aku enggak nyeritain gimana proses sakitnya dicabut empat gigi, karena itu sudah lama banget, lima tahun yang lalu. Intinya sih sakit, haha)

     Ceritanya sebulan yang lalu, saat dokter orto menyarankan untuk cabut dua gigi lagi, aku langsung ngabarin bokap kalau mau cabut gigi. Karena bokap orangnya cuek aja dan yang penting gigiku rapih, ya langsung di iya-in aja.

     Gigi pertama dicabut hari kamis. Just so so, enggak terlalu sakit karena gigi yang dicabut itu kecil. Sakit nyeri-nyeri geli bentar doang, habis itu hilang sakitnya.

     Naaaaaah, waktu cabut gigi yang besar sebelah kiri ini lho, sakitnya khand maeeeend. Fyi, gigi ini sempat bermasalah karena bolong, jadi dokter Marten (dokter gigiku yang di Sangatta) bilang dirawat aja, jangan dicabut. Alhasil gigi itu dirawat selama kurang lebih satu bulan biar sehat dan enggak bolong lagi. Namun karena permintaan dokter orto yang di Samarinda (dokter Syaiful), jadi gigi yang sudah dirawat sebulan ini harus dicabut.

     Kecewa sebenarnya. Karena ini gigi sudah memakan banyak waktu dan biaya buat dirawat, tapi ujung-ujungnya dicabut juga. Tapi enggak apa, demi lepas behel tahun depan (aamiin), aku rela gigi yang besar ini dicabut.

     Karena sebelumnya sudah pernah merasakan cabut empat gigi besar, aku sudah paham betul bagaimana euforia cabut gigi. So, aku enggak terlalu ambil pusing dan stres karena sudah terlalu bersahabat dengan dokter gigi. -_______- kzl.

     Aku cabut gigi geraham di dokter gigi spesialis ahli bedah yang ada di Samarinda. Biusnya itu sampai ke hidung, jadi mati rasa. Bernafas cuma pakai satu hidung. Terus itu, efek sakitnya juga lama banget, padahal dosis obatnya sudah lumayan besar.

     Karena sakit gigi yang berkepanjangan ini, aku jadi jarang makan dan enggak nafsu makan. Yang biasanya makan tiga kali sehari, jadi setengah porsi sehari, ya karena enggak bisa makan. Mau nangis tiap liat orang makan.

     Setelah hampir dua minggu cabut gigi dan sakitnya enggak hilang-hilang, akhirnya aku kontrol ke dokter dan mengeluh kalau sakitnya enggak hilang. Saat diperiksa, katanya gigiki tumbuh lagi, tapi arahnya miring ke langit-langit mulut. Itu harus dioperasi.

     Aku stres.

     Pulang ke kosan langsung nelpon umi dan ngabarin kalau aku harus operasi gigi. Kata umi operasi di Sangatta aja, yasudah aku pulang deh ke Sangatta. Sampai sana, aku langsung rontgent dan kata dokter Nova, ini salah prediksi, bukan tumbuh gigi tapi tulang rahangnya keluar sampai gusi. Rasanya memang kayak gigi, tapi sebenarnya itu tulang.

     Jreng......

     Sedikit lega, tapi tetap saja mulutku dibedah (lagi) untuk membenarkan tulang yang keluar sampai gusi itu. -____-

     Setelah itu, dokter suruh aku nimbang berat badan, dan ternyata turun tujuh kilo. Yang tadinya 56, jadi 49. What a beautiful day. Pantesan aja badan berasa ringan kayak habis ngezumba wkwkwkwk.

     So, enggak usah diet, sakit gigi aja. Ha ha ha pembodohan.

     Jadi, kalau mau gigi bagus itu memang butuh perjuangan. Ini sakit gigi bukan karena malas sakit gigi, tapi ya emang karena tulangnya aja lari lari sampe ke gusi. Tapi enggak apa, sudah lama enggak merasakan berat badan 40an. Terakhir itu SD kelas empat. Selalu ada hikmah dalam setiap kejadian. Hahahaha.

   

   

   




Minggu, 20 Agustus 2017

Aku Benci Itu! Tapi Malah Dapat Juara

Assalamualaikum,

Yak yak yak.
Sebenarnya sudah lama sih pengin ceritain ini di blog. But, lupa meleee. Biasa, blog dijadiin tempat nulis kalau lagi mood doang.

So, ini ceritanya sudah kurang lebih hampir tiga tahun yang lalu, tepatnya waktu masih kelas 11 SMA.

Sebelum cerita, aku mau jelasin dulu kalau dari dulu, tepatnya SMP enggak suka banget sama yang namanya MATH. Why?

Dulu, waktu SD sebenarnya jatuh cinta banget sama ni pelajaran. Guampanggg abiezzz menurut aku, tapi itu DULU!!!

Idk why, saat masuk SMP, math berasa jadi musuh. Enggak tahu karena faktor apa, tiap mata pelajaran ini bawaannya pengen sombong alias enggak mau dengarin guru yang lagi ngajar. Alhasil, jadi paling bungul di kelas kalau masalah pelajaran ini.

Anehnya, aku suka fisika. Tapi enggak pinter. Cuma suka aja. Padahal kata orang orang kalau suka fisika pasti suka math. YAY aku berhasil mematahkan teori itu.

Okay back to story, saat SMA kelas dua, seperti biasa di sekolah mengadakan seleksi KSM alias Kompetisi Sains Madrasah tiap tahunnya. Di kelas pun heboh banget. Kenapa heboh? Karena kelasku adalah jurusan bahasa dan mayoritas adalah sains haters. Wkwk. Gimana ceritanya diwajibkan untuk ikut kompetisi sains?

Awalnya, aku enggak tahu siapa yang memutuskan agar yang ikut kompetisi dipilih dari siswa/i yang dapat ranking 10 besar. But, karena aku enggak terlalu suka bersua di kelas, so aku ngikut aja kemauan polling terbesar.

Pas tahu ketentuan itu, aku secara otomatis milih pengin ikut apa, karena nyadar diri sama ketentuan kesepakatan mayoritas tadi.
Daaaan akhirnya aku memutuskan memilih biologi. Namaku sudah ditulis di papan tulis sebagai peserta KSM sekolah yang mengikuti seleksi biologo. But..... tiba-tiba banyak banget yang minat biologi ternyata.

Karena pada bising, aku memutuskan hengkang dari bubuhan biologi dan pilih kimia.

SONGONG PARAH PADAHAL MANA BISA KIMIA. WKWKWKWK-IN AJAH.

Kenapa aku berani pilih kimia? Karena dari awal emang i have no ambisi buat menang di kompetisi yang basically bukan minatku. Sama sekali enggak punya ambisi, dalam kata lain, 'yaudahsih, ini cuma formalitas, yang penting ikutan, wakilin kelas, daripada nyari masalah lagi sama guru,' gitu.

Eits. Fyi, meskipun kelasku bahasa dan diwajibkan tetap ikut kompetisi sains, cuma aku di kelas yang sans banget enggak ada belajar, enggak ada persiapan sama sekali. Ya karena tadi, aku enggak minat banget sama yang bukan bidangku.

Aku lihat teman-teman di kelas pada belajar kimia, biologi, fisika, and math padahal aku tahu sebenarnya mereka enggak suka itu. Ya meskipun memang ada beberapa yang ambisinya besar, karena mungkin di kelas 10 mereka suka matpel tersebut.

Saking santainya, aku ditegur sama teman-teman. Gini percakapannya:

F: fira
T2: teman teman

T2: fir ikut kimia?
F: iya
T2: udah belajar?
F: ntar gak ngisi soal kok
T2: kenapa?
F: kan aku gak ngerti.......(kemudian ketawa sendiri)

Mungkin teman-teman pada heran kenapa bisa aku sesantai ini padahal bisa dibilang kompetisi ini agak serius wkwkwkwwkwk. Bomat.

Well.. hari kompetisi pun tiba.
Tapi tiba-tiba teman ada yang ngajak tukeran, aku jadi math.
Yaudah aku iya-in.
Menurutku, mungkin rada bisa kalau ngerjain math. Songong abis.

Pengumuman pun berkumandang tanda menyuruh kami menempati kelas kompetisi sesuai bidang masing-masing.

Dengan santainya aku nyari kelas matematika. Jalan sendirian kayak enggak punya dosa, berasa anak pinter banget gitu, padahal..... aku ni apadah. Atau bahasa gaulnya, QNPDH... HM.

Ternyata aku telat masuk kelas. Wkwkwkwk.
Semuanya udah pada serius ngerjain soal.
Dan semuanya anak ipa yang pinter-pinter, kebanyakan temanku dikelas 10-2.
Konon katanya 10-1 sampai 10-3 itu anaknya pilihan, alias pinter-pinter. Katanya sih gitu,
Kalau emang itu benar adanya, keknya aku cuma nyasar disitu.
Atau jangan-jangan ketuker gitu namaku sama siswa lain. Wkwkwk. Bomat.

Dengan percaya diri aku ambil kertas soal, kertas jawaban, dan kertas coretan di meja pengawas.
Ahayde.
Biasa aja.
Gak deg-degan.
Padahal sudah janjian sama teman kelasku untuk kerja sama pas ngerjain soal,
Tapi ternyata tempat duduk kita berjauhan dan enggak support buat nyontek.
Alhamdulillah, enggak jadi nambah dosa waktu itu.

Tepat di sampingku adalah cowok teman sekelasku dulu, doi anak ipa. Emang pinter itung menghitung. Di depanku juga cewek teman sekelasku dulu, apalagi yang satu ini, pintar sangadh kalau itung-itungan.

Tapi kenapa sepanjang lomba mereka diskusi?
Harusnya kalau pinter bidang itu kannnn fokuuuuuus wkwkwkwk.
Lagian, kompetisi ini kan buat nyari siapa yg pantes buat dikirim untuk mewakili sekolah ke tingkat kota, lalu provinsi.

Dah. Lanjut.
Ternyata, soalnya biasa aja.
Aku bilang biasa aja, karena aku enggak ngerti.
Gak deng, ada beberapa soal basic yg aku pahami.
Soalnya kayak waktu UN SMP ku, yang nilai mathnya dapat 6,9.
Wkwkwwkwkwkwkwwkwkw. Ngaqaq onlen.

Aku ngerjain semampuku. Aku tulis semua yang aku tahu.
Aku tulis caranya dengan detail dan penuh dengan ke-sok-tahuanku.
Rumus gak nyambung sama soal.
Soalnya apa, rumusnya apa.
Ibaratnya soal logaritma, aku jawab pake rumus pitagoras.
Bodooooooamaatttt hahahaha.
Gakdenh. Canda.

Serius, aku enggak suka math.
Bisa dibilang benci.
Tapi aku sadar benci enggak ada gunanya, enggak dapet pahala, huhu.
Sayang sekali.
Kalau benci dapat pahala, mungkin dosaku ketutup sama pahala yang aku dapat dari membenci. Hahaha.
Naudzubillaah.

Waktu habis.
Aku mengumpulkan hasil kerja keras sotak-ku ke pengawas.
Dan langsung kembali ke kelas tanpa ada risau sedikitpun.
Beda sama anak-anak pinter yang niat, yang menyesali perbuatannya,
Like... "ISH, TADI TUH JAWABANKU SALAH. HARUSNYA TUH GINIGINIGINI,"
EWH.
aku anti sama perkataan itu.
Yaudahlahya, kalau udah dikumpul mana bisa dibenerin lagi. Ngeluh aja sana sama dinding, siapa tau digubris.

Beberapa hari kemudian, pengumuman dikumandangkan saat upacara bendera hari senin.
Ingin berkata ya ampun, ternyata aku juara tiga meeeeeeennnnn.
Deg-degan parah. Biasanya kalau menang itu seneng, lah ini malah takut. Keringat dingin.

Gimana gak takut? Kalau aku menang, tandanya aku harus ikut seleksi tingkat kota dong. HAHAHAHAAHAHAHAH ketawa like devil.

But, sokay, jalanin aja, pasti ada hikmahnya.

Dan hikmahnya adalah, aku belajar diantara orang-orang pinter di sekolah.
Hoaaaaaaam.
Aku enggak suka belajar.
Disaat teman-teman yang lain pulang, aku malah disuruh belajar di perpustakaan.
No, ini bukan aku banget.
Aku suka belajar, tapi sendirian, di kamar.
Di kelas aja aku malas belajar, gimana kalau privat sama anak-anak pinter gini?
Yak, kalian bisa merasakan gimana rasanya jadi aku. Capek makan ati.

Aku tahu, mereka pada kaget aku menang math, soalnya aku anak bahasa, bukan anak ipa. Wkwkwwkwkwwkwk.
But, aku juga gak bisa sombong, karena ini menang malah jadi cobaan dari Allah, teguran, biar disuruh belajar matematika lebih serius, enggak boleh males

Aku jalani aja semuanya dengan ikhlas, lumayan dapat pengalaman ikutan kompetisi sains yekaaannn.
Waktu itu, seleksi tingkat kotanya di MAN 1 Samarinda. Wow, betapa terkejutnya diriku mendapati pemandangan anak anak berkacamata tebal alias minus eh salah, pinter kalau kata orang orang.

Alhamdulillah, minusku 1,5 , aku pinter juga dong? Wkwkwwk. You wish fir.
((Mata minus gara2 kebanyakan scroll beranda fesbuk since 2010 dengan jarak 3cm antara mata dengan layar pc warnet)) ((yakale)) becanda gaes.

Alhamdulillaah, ternyata masih ada yang lebih parah dari aku yha.
Aku bisa ngerjain lima soal dari 15 soal.
Di sebelah aku, cuma ngerjain dua soal, itupun sambil ngos-ngosan dia, hufff.
Ya meskipun keknya jawabanku salah semua, seenggaknya aku ngerjain yang aku bisa dan enggak pake ngeluh, karena sekalu lagi aku tegaskan, aku enggak punya ambisi untuk menang.
Aku biarkan orang yang berbidang ini untuk menang, karena mereka lebih pantas memperjuangkan apa yang menjadi hobi dan bidang mereka.

Intinyaaaaa, setiap cerita selalu ada hikmahnya.
Wkwkwwkwkwkw.
Lucu juga kalau ingat kisah gaje masa SMA yang satu ini,
sayang kalau enggak diceritain.
Wkwkwwkwkwwkw.
Ketawa sampe ngantuk.
Bye.

Wassalam.






Rabu, 09 Agustus 2017

Hirup Sendiri Asap Rokoknya, Gak Usah Bagi-bagi!


"Boleh ngerokok, tapi hirup sendiri asapnya. Gak usah bagi-bagi, saya gak butuh."

Seketika perkataan itu membuat mas-mas yang duduk di samping saya menoleh dengan tatapan sinis. Tanpa menjawab apa-apa, mas-mas ganTENK itu langsung membuang putung rokoknya.

Terdengar sedikit kasar memang, tapi perbuatannya memang sangat tidak lazim menurut saya. Bagaimana tidak, mas-mas itu merokok di dalam bus yang kaca jendelanya hanya terbuka sedikit. (Saat itu kondisi hujan, jadi semua kaca tertutup).

Kenapa saya bilang tidak lazim? Karena bus adalah kendaraan umum. Banyak orang di dalamnya, meliputi seluruh kalangan. Mas-mas tersebut merokok di belakang seorang nenek, ibu-ibu dan anaknya yang masih kecil, dan juga di samping saya! (jaraknya sangat dekat, tak ada pembatas tempat duduk yang membatasi kami). Masa iya mas-mas tersebut enggak mikir kalau itu asapnya mengarah ke depan dan langsung terhirup oleh kami.

Berkali-kali anak kecil itu batuk dan ibunya mencoba untuk menutup mulut anaknya. Sebagai kode, saya juga menutup mulut saya menggunakan jilbab dan sesekali mengayunkan tangan tanda risih terhadap asap rokok itu.

Karena sudah sangat kesal, saya berani speak up karena bukan hanya anak itu yang batuk, nenek itupun juga. Jelas saya tidak terima. Meskipun nenek, ibu, dan anaknya itu bukan keluarga saya, namun saya tahu benar rasanya kalau batuk gara-gara kena asap rokok.

"Mas, boleh ngerokok, tapi hirup sendiri asapnya. Enggak usah bagi-bagi, saya enggak perlu," ucapku serius.

So, disini saya bukan pembualan atau sok-sokan mau kampanye anti rokok. Saya memang tidak berhak untuk melarang siapapun untuk merokok. But, please. Tiap orang punya hak untuk menghirup udara bersih, bukan asap nikotin. Tiap orang punya pendirian. Saya bisa hargai orang yang merokok dengan cara menjauh tanpa nyinyir. Tapi kalau dalam keadaan bus yang sedang dalam perjalanan jauh, saya mau kemana? Pindah tempat duduk hanya karena mengalah sama situ? Haha, Big no. Saya punya hak! (lagian saya yang duluan dapat tempat duduk tersebut).

Saya yakin setiap manusia punya kepintaran dan bisa berpikir untuk bahkan hal yang sekecil itu saja. Boleh ngerokok, tapi lihat kondisi juga. Bukan mau sok iye, cuma yaa gitu deh. Pengin aja curhat masalah asap ini dan semoga bisa jadi pelajaran bagi kita semua.

Jangan pernah menyepelekan kesehatan. Jangan sampai membiarkan diri dzolim terhadap diri sendiri, apalagi sama orang lain. Naudzubillaahimindzalik.

Mungkin bakal ada yang berkomentar "kalau gak mau kena asap rokok gak usah naik kendaraan umum", itsokay,  tiap orang bebas berkomentar. Sama halnya dengan saya,  saya juga bebas untuk komen.  Adil kan,  hehe.

Peace,  calm,  and love yourself hahaha😅

Jumat, 09 Juni 2017

Ups, Salah Target! (Mau Berbuat Baik, Malah Nangis)

Kadang punya niat baik aja bisa bikin fatal, apalagi niat jahat ya, guys. Salah menaruh rasa peduli, misalnya.

for example, orang yang kita peduliin merasa risih dan enggak butuh sama bentuk respect kita. Padahal udah berusaha baik tuh, eeeh responnya enggak sesuai harapan. Sakit? wooojelash. Bukan bermaksud butuh balasan berupa pujian dan haus akan terima kasih, tapi orang baik dan bijaksana tentu tahu bagaimana cara membalas kebaikan orang lain. Meskipun merasa itu bukanlah hal yang begitu penting.

hey, open your mind. Buka celah pikir sedikit. You have to know this. manusia sudah terlahir sebagai makhluk yang enggak bisa hidup sendiri. So, bagaimana cara biar selalu berada dalam lingkungan orang baik? ya caranya adalah berbuat baik, dan menghargai orang yang berlaku baik padamu.

Coba deh bayangin. Bagaimana sih rasanya, kalau kamu baik sama orang, tapi orang itu enggak peduli? kecewa? of course. But, disitulah cara Allah menguji kita sampai mana bentuk kesabaran pada diri dan sampai mana pula kekuatan kita diuji, meskipun dalam berbuat hal baik sekalipun.

Tuh, Allah tuh maha baik. Pas kamu jahat, eh masih aja Allah kirimkan orang baik untuk kamu.

Eits, jangan kecewa juga buat yang dijahatin meskipun udah baik. Allah itu maha adil, guys. Pokoknya, kalau kamu baik, pasti ada aja balasan kebaikan yang berkali lipat, begitu pun sebaliknya. Kalau kamu jahat, yaaa siap-siap aja dijahatin balik.

Kalau pun di dunia udah sering jahat tapi Allah masih tetap baik, yaaa balasannya di akhirat. Tinggal tunggu waktu. eh tapii, aduuuh, naudzubillahiminzalik. Semoga kita bukan termasuk orang-orang yang jahat dan tidak bisa menghargai sesama yaa.

FYI, Aku nulis ini bukan berarti aku masuk dalam golongan baik, ataupun golongan jahat. Enggak ada unsur menyinggung kok. Sharing enggak dosa, toh? Selama enggak merugikan siapa pun.

Sooo, baper memang tida baik ya guys. Bisa mengakibatkan tangan bisa berbicara. Ini nih buktinya. wkwkwk. Tiba-tiba aja tangan pengin nulis.

Yha mungkin tangan lebih mengerti, bahwa mulut sudah tak mampu lagi mengutarakan.

PS: Terkadang, melihat siapa target kebaikanmu memang penting. Jadi, sebelum mau berbuat baik, lihat-lihat dulu siapa orangnya. Kalau orangnya enggak butuh dan enggak peduli, mending cari target lain, guys. Masih banyak orang yang lebih bisa menghargai kebaikanmu.
Hehehe.


Rabu, 17 Mei 2017

Moodie, Normal Enggak, sih?

Bete

Nasib jadi orang moodie.
Mood bisa ke-swing kapan aja dan dimana aja.
Dan parahnya lagi, kalau udah bt banget, suka enggak bisa control diri sendiri.
Misal nih, ada aja ya orang suka comment di ig, fb, line, or else, yang enggak enak bgt dibaca. Kalau di ig, biasanya sih nanggepin insta story.

Nah, kalau ada org yg aku rasa annoying bgt, aku enggak akan balik ganggu apalagi menghina mereka (karena ini bukan aku banget) aku memilih untuk langsung main block. Hal ini sudah kulakukan sejak punya Facebook sekitar delapan tahun silam, yakni 2009. Nah, tiap lihat profil orang yang enggak jelas, apalagi suka inbox yg super annoying like "helo, wru dear, hi beautiful, kenalan yuk" sumpah, aku langsung block itu orang.

FYI, dalam sehari aku bisa unfol temanku sendiri. Kalau gak suka, aku langsung unfol ataupun block. So simple.

Hal itu pun berlanjut sampai sekarang sudah kuliah. Emosi yang enggak jelas begitu berlanjut dan susah hilang sampai sekarang. Kalau mau melakukan sesuatu, sulit banget kalau enggak dilakukan. Bahkan, kalau sesuatu yang aku mau enggak terkabul, aku bisa bt dan enggak ngomong sama orang sekitar, hal itu bisa bertahan sampai satu minggu. Enggak percaya? Keluargaku di rumah adalah saksinya. Aku bisa enggak teguran sama mereka, bahkan aku pernah enggak teguran sama saudara sendiri hampil dua bulan lamanya. Sama orangtua juga pernah. Itu cuma ngambek. Gimana kalau musuhan? Parah? Iya, banget. Dosa? Udah pasti.

Egois? Hmmmmmm enggak juga sih.
Tiap orang kan beda-beda.
Dan aku mengakui kelemahanku di sini.
Punya tipe kepribadian yang enggak suka banget sama keribetan, seperti klarifikasi.
Dari kecil, aku selalu punya pemikiran kalau setiap orang punya otak untuk menganalisa apa yang orang lain inginkan.
So, aku bertindak seperti semua orang tahu apa yang aku pikirkan, tanpa kuberi tahu apa maksudku. 

Jadi gini, kalau ada yang nganggap aku salah, aku paling enggak suka untuk klarifikasi. Aku lebih milih buat jawab "oh iya, sengaja, tau kok, yaudahsih," padahal mereka gatau, aku punya tujuan lain. 

But, balik lagi. Aku moodie.
Kalau aku dibilang salah, aku bisa aja klarifikasi sampai orang lain itu merasa sangat salah. Sampai orang lain itu tau maksudku, sampai orang lain itu minta maaf. Bisa banget. Nah, kalau sudah sifat yang begini yang keluar, itu lagi emosi.

Jahat? Enggak dong.
This is me.
Aku juga bukan orang yg tegaan. Hatiku gampang sekali teriris. Tapi enggan untuk kuperlihatkan. Kenapa? Karena itu enggak penting.

Orang lain enggak butuh informasi tentang kamu, kecuali kamu terkenal, kaya, dan sedang membutuhkanmu.

Bicara soal teman, Alhamdulillah aku punya banyak teman yang baik dan mengerti. Aku apresiasi banget sama teman yang mengerti kalau mukaku dari sananya emang jutek. Banyak banget orang yg suka ngomong di belakang, "fira yang jutek tu kah?" Wkwkwk. Kebiasaan judging buku dari cover. Ndik faeda.

Sombong? Anti.
Sebisa mungkin aku tanamkan ilmu padi dalam diri. Keluargaku bukan orang kaya, apa yang perlu disombongkan? Aku bukan anak pintar, jago ngomong, juara sana sini, punya knowledge yg luas, cantik juga enggak, trus apa yang perlu disombongkan? Cuma bikin malu doang.  
Aku cuma punya pilihan hidup sendiri. Enggak suka diatur. Orangtua dan saudaraku adalah manusia yang paling mengerti. Dari kecil, mereka enggak pernah ngatur aku. Bahkan bisa dibilang 'enggan'. Kenapa? Ya karena aku enggak suka ngatur mereka, apalagi orang lain. Hahaha! 

Sempat kepikiran "sampai kapan jadi begini?" Ya mau gmn ya. Udah doyan sih jadi begini. Menurutku, jadi diri sendiri itu lebih penting. Daripada harus pencitraan sana sini tebar quotes sana sini tebar perubahan dalam diri sana sini ngurusin orang sana sini, tapi sekali ditegur menciut juga. Yha udha lha yha. 

Be yourself and you'll be fine.

Bapak pernah bilang, kamu enggak perlu dengarin perkataan org lain kalau mau maju. Kalau mau tetap di situ, yaaa dengarin aja perkataan semua orang. 

Intinya, mau seperti apa dirimu, itulah dirimu. Asal kamu enggak pernah ngerepotin hidupnya, hidupmu masih normal kok. Selama kamu enggak menjerumuskan mereka ke hal yang buruk, hidupmu masih baik. 

Jadi aja dirimu sendiri, meskipun orang lain enggak suka. Enggak penting juga mereka suka apa enggak. Berat ringannya amal pas ditimbang juga masing-masing kok, majunya sendiri-sendiri, enggak bareng-bareng gerombolan kayak genk yang berkuasa di sekolah. 

"Yaa cari saja jalan surgamu sendiri. 
Temukan di mana zona nyamanmu.

Tapi jangan jadi orang yang enggak berguna."

Rabu, 05 April 2017

Ninja Hatori. Lewati Hujan Sebrangi Banjir.

Bp: Bapak-bapak
FC: Fira Cantik

Jadi, tadi jam 11 lewat baru plg ke rumah karena hujan br reda. setelah nyampe dr.sutomo, bingung ko gada org y. sepi bgt parah mana gelap. dan apesnya si FC enggak pake kacamata. ya mana keliatan klo di depan sana ada banjir sedalam rasa cinta ini padaNya.

BP: mba muter aja mba, banjirnya dalam banget
FC: ...***dalam hati: pak, ini ud mlm kl muter lg yaa Allah nyampe jamber mana pelan bgt bw mtr klo malem. everything is blur, pak***

dan akhirnya BP itu ga peduli dan aku juga. jadi kita smsm ga peduli.
FC terjun bebas dan akhirnya jebreeet. motor FC mati di genangan air coklat keemasan itu.

lalu gada yg nolong. ebuset.
berasa terdampar di suatu pulau.
gada org. gelap. sejauh mata memandang hanya ada air yg bergelinang mesra menyelimuti jalan raya itu.

Lampu merah lembuswana masih jauh. jauh bgt. e bentar, jauh bgt atau ni mata yg burem, gatau. beda tipis aja pokoknya.

trs akhirnya motor mau nyala lg, terjang lagi. terjang terjang terjang sosyal.
dannn motor mati lg.
saking uda tenggelam bgt.
bayangkan gaes, FC sudah cuci sepatu dengan susah payah nunggu keringnya karena hujan terus. pada akhirnya sepatu itu harus terjatuh dalam pelukan sang samudra dadakan (baca: banjir)

Yauda, nyalain lg. nyala lg tu motor.
alhamdulillah, all praise be to Allah.
Dan akhirnya sebentar lg nyampe lampu merah guys.
Ga sabar bgt pengin nyampe sana.

brum brum brum

tittttt tittttt *eh ko jorok....

engga, itu ga jorok. itu suara klakson.

FC mau ditabrak mobil guys.
gara2 ga nyadar klo lg di lampu merah.
Trus diteriakin deh ma tu org yg didalem mobil.
ehehehe.
aduh pak.
kl bpk jd saya, emg bpk mau berenti di jalan gelap, gada org, sendirian, dan tenggelam di banjir? lagian saya pelan pak. saya nyadar mobil situ mau lewat. saya uda berenti loh. knp ya ko di klaksonin ga nyante gitu. aduh pak. situ enak pake mobil pak. lah saya keujanan nih pak, ehehe gmn dong. untung td saya cuma sekadar aduh aduh aduh doang ya pak, kl huruf d nya geser dikit typo ke kiri, jadi nyumpah saya pak. hehe.
Alhamdulillah smg tu bapak td yg neriakin dengan niat bgt sampe buka kaca jendela dan ngeluarin wajah gantenknya di tengah hujan2 begini, taon dpn naik haji, ajak saya jg pak. Hehe.
asal bpk tau y pak, lagian td di jalan sebesar itu cuma ada kita bedua pak. mesra bgt ga tuh? harusnya bpk paham dong ya saya perempuan dan sendirian, naik mtr ujan2an, nerjang banjir. tp yaudala ya ga minta dikasihanin jg sih wekwekwekhahahahaa.

oke lanjut.
ternyata, banjirnya msh panjang guys.
yaudalah yaa rok udh basah
motor uda tenggelam setengah
blm lg kepala berat bgt efek minum obat
ngantuk
penginnya tdr aja

yo. this is Samarinda.
Jalanan gelap, banjir, dan pemarahan.

Tp gpp. empat tahun tinggal di Smd mengajarkanku apa artinya kenyamanan guring dirumah seharian ketika hujan.
mengajarkanku nikmatnya bolos ketika hujan di pagi hari.
dan mengajarkanku arti menunggu banjir surut selepas hujan datang.
nunggu banjir surut yg ga jelas kapan surutnya aja shanggup, apalagi kalau disuruh nunggu kamu.

Duuuuuuyyyyy lanji banar..

tp Alhamdulillah, akhirnya FC nyampe rumah dgn selamat dan basah basah manja.
Alhamdulillah, semakin sering kehujanan di jalan, semakin banyak doa org yg terkabul.
So, guys, kalau lg di jalan, trs kehujanan, jgn lupa berdoa. doa ap aja deh.
in sya Allah, doa org ketika hujan turun (apalagi yg kehujanan), bakal cpt di accept tuh sama Allah.
aamiin.

jd kl ujan jgn kebanyakan ngeluh.
kl gabisa ke sekolah, kampus, kerja, atau kmna pun krna hujan, jgn disalahin hujannya. kasian.
doi dtg bawa berkah gaes, masa malah disalahin.
bayangin aja ketika km datang ke seseorang yg km sukai, eh tp malah ditolak mentah2, ga enak KAAAANNN???? JAWAAAABBBV!!! GAK ENAAAKKK KAAANNNN!!tuh makanya. Gaenak. Sampe typo nulisnys.

bersyukur kl hujan. bnyk berkahnya.
kl gabsa k skolah/kampus, yauda sih bobo aja enaaaaaaaaaaa. makan mie rebus pake telor cabenya dua jg ena.

hidup dinikmati aja guys
jgn ribet kayak panitia.
jgn laper rese kenyang bego. (ini ga nyambung)
smuanya hrs disyukuri.
karena smua ada hikmahnya.
hehhehe

Udh gt aj. mksh










Kamis, 09 Maret 2017

Oh, Gojek


Eits. Tulisan ini cuma untuk curhat. Bukan untuk profokasi, ya! he-he

Sebagai warga Samarinda yang tak pernah luput dari update-an BUSAM di Facebook, pastinya sudah pada tahu, kan, beberapa hari yang lalu para supir angkot melakukan demo untuk menghentikan oprasi gojek di Kalimantan?

Sebagai pengguna Gojek dan Go-Food, and also sebagai mahasiswi yang bisanya cuma curhat di blog, aku pengin sedikit berbai cerita lagi tentang pengalaman selama menggunakan gojek.

Oke, mulai dari sangat awal sekali.

Aku pertama kali naik gojek itu, waktu di Jakarta. Berhubung di sana macet dan angkot apalagi Kopajanya serem, jadi aku memutuskan untuk naik gojek sajalaah~ Fyi, Saat itu di Kalimantan belum ada Gojek. Kesan pertama kali, Subhanallah, baik banget abang gojeknya.
Waktu itu, aku mau ke Kota Kasablanka. Enggak jauh-jauh banget dari tempatku, yaitu di Menteng Atas. Abang Gojek tiba-tiba datang menghampiri "Ini mbak Fira, ya? Maaf ya mbak, saya enggak pakai kostum ala gojek. Soalnya takut diisengin sama abang-abang yang lain (baca: tukang ojek di pangkalan)" Ujar si Bapak yang aku lupa siapa namanya. Tanpa berlama-lama, aku langsung pakai helm yang diberi oleh si Bapak dan cuuuuus ke Kokas. Dalam perjalanan yang sebentar itu, Bapak sempat cerita tentang bagaimana keadaannya. Beliau harus terus menyembunyikan jaket dan helm hijaunya untuk mencari aman. "Padahal kan, rejeki mah udah di atur ya neng. Enggak ada salahnya kalau ada gojek. Lagian, banyakan juga yang minat sama kita-kita karena lebih murah. Tapi, ya namanya juga mereka yang ada duluan, ya udah deh. Istilahnya mah, mereka udah senior," tambah si Bapak.

To be honest, aku iya-iya-in aja tuh si Bapak. Padahal, ya Allah, kasian banget dah. Nyari duit gini amat.

Oke, lanjut cerita ke-dua. Masih di Jakarta.
Dan masih sama, di Mentas. Namun kali in tujuannya ke Tebet. Aku pesan Gojek dan menunggu di Rasuna Office Park. Enggak butuh waktu lama menunggunya, tetiba si abang Gojek datang. Aku masih inget banget namanya itu Arif. Soalnya, doi masih muda, masih kuliah, katanya. So, enggak mau dipanggil abang. Ew genit amat-_-. sekip. Lanjut pada cerita si Arif. Begini percakapannya,

Note: Si Arif emang rada genit dan sok akrab
A: Arif
FC: Fira Cantik

***
A: Ini Fira, ya?
FC : Iya, bang.
A: Oke, pakai helmnya dulu, Fir.
FC: (ebuset uda manggil nama aje ni orang, sokap lu? haha) Oke, bang *lalu naik motor*
A: Fira kuliah disini?
FC: Enggak, bang. Lagi liburan aja.
A: Oh, aku masih kuliah, Fir. Jangan panggil abang. Panggil nama aja
FC: Oh, iya.
A: Ngapain ke Tebet?
FC: Ketemu temen
A: Ohh, maaf yah Fir banyak tanya. Biar enggak BT gitu. Jauh soalnya.
FC: Lah iya enggak papa. Sudah lama jadi gojek?
A: Baru lima bulan nih. Lumayan buat bayar SPP
FC: Ohh gitu, kiran udah lama
A: Baru Fir, ini juga terpaksa. Kalau banyak duit mah kerjanya 'ngegedung' bukan 'ngegojek'.
FC: *ketawa* *padahal sedih* *lalu diem*

PS: Ya mungkin dari tanda kutip itu, kalian bisa mengerti maksud Arif ya.
Akhirnya sampai pada tujuan. Yaitu di Taman Honda Tebet. Waktu itu mau ketemuan sama si Riva. Tapi Riva beluman dateng. Terus si Arif bilang "Eh ini aku tinggal ya. Hati-hati jangan nyasar". Terus akhirnya aku mikir. Sebelum jadi driver gojek itu, harus dilatih jadi baik, ya? atau emang mereka pada baik? atau, gimana sih? au ah. Intinya mereka pada baik.

Sebenarnya, masih banyak pengalaman menarik waktu naik Gojek. Tapi, di Jakarta aku lebih sering naik Grab Bike dan Grab Car. Karena ini cerita tentang gojek, yauda ceritanya tentang gojek aja. hahaha.

Naaah sekian lamanya waktu berjalan, akhirnya tibalah Gojek di Samarinda.
YEAAAY! Senang banget ketika mendengar kabar tersebut. Karena, semenjak ada Gojek, aku enggak perlu repot lagi kalau kemana-mana. Khususnya saat mau pulang ke Sangatta. Yang biasanya harus dempet-dempetan di angkot untuk menuju terminal Lempake, belum lagi om supirnya mutar-mutar dulu masuk gang untuk nganter penumpang, sekarang bisa jadi cepat nyampe Lempake.

Kedua, senang karena akhirnya ada yang mem-fasilitasi ke-mager-an ku. (Baca: GoFood).
Tahu sendiri ya, kalau ciwiciwi suka magerita manja mau beli makan keluar. Apalagi yang berjilbab, harus pakai celana/rok panjang dulu, baju lengan panjang/jaket dulu, dan jilbab dulu. Eits! bukan berarti jilbab ini ngeribetin, ya! Ini kan, posisinya lagi mager. Hehe. Jadi, apa-apa serba mager. Hehe.

Aku punya dua kejadian tak mengenakkan selama naik Gojek di Samarinda. Bukan karena ulah Gojek, namun karena 'diisengin'. Satu adalah ceritaku, dan satunya adalah cerita teman sekontrakanku. Fitri namanya.

Mulai dari ceritaku, ya!
Waktu itu, aku mau pulang kampung, ke Sangatta. So, seperti biasa aku naik gojek ke terminal Lempake. Sampai di sana, aku mendengar para supir angkot meneriakiku. "Mbaknya, kalau ke sini jalan kaki aja!" Itu ditujukan untukku, setelah aku membayar dan Gojeknya pergi.
Seketika aku menoleh, lalu kuputuskan untuk tidak menghiraukannya.

Sambil berjalan terus menuju Bus tujuan Sangatta, aku dihampiri oleh bapak-bapak. Aku enggak ngerti beliau siapa, intinya beliau bilang, "Mba, Kalau mau kesini ya naik angkot. Di sini tempatnya angkot. Kalau mau naik gojek, turun dari pinggir jalan raya. Jangan masuk terminal," tutur si Bapak.

YAELAAAAAH. Busetdah. Kaget, ternyata gitu, ya, peraturannya. "Oh, iya pak. Maaf saya enggak tahu," jawabku ketus. Teguran bapak-bapak itu membuatku menjadi pusat perhatian, dan seketika mood ku hancur! Di dalam bus, yang biasanya aku melontarkan senyum pada orang yang duduk di sampingku, saat itu aku hanya diam sambil berkutat dengan HP. Tiba-tiba, ada seorang ibu yang menegurku. "Mba, emang enggak boleh naik gojek sampai dalam terminal. Kena disariki lawan buhan angkot. Kemarin aku kejadian jua soalnya," tukas si Ibu. Aku hanya membalas perkataan ibu itu dengan "iya bu, saya enggak tahu soalnya," udah. gitu aja. lagi bete soalnya. maaf ya bu.

Okeh, cerita ke dua!!!!
Ini ceritanya dari Fitri. Temen se-gue-gue-elo-elo-an kalau di kontrakan. Partner kamar. Partner ngomongin orang. Partner curhat. Partner tebeng-menebeng. DSB.

Saat itu, Fitri baru pulang dari Sangatta dan kembali ke Kota Tepian, Samarinda.
Doi memutuskan untuk naik Gojek menuju kontrakan. Fitri sudah pernah sebelumnya mengantisipasi kemarahan supir angkot bersamaku beberapa bulan lalu, saat kami balik menuju Samarinda bersamaan. Kami menunggu driver Gojek datang dari tempat yang agak jauh dari terminal. Biar enggak ketahuan sama supir angkot, kalau kami naik Gojek.

Back to story, si Fitri ini sempat diminta turun dan dikejar oleh supir angkot, lho!
Fitri cerita begini "Iyah Nem, (Nem: Panggilan SMP gue, ENEM) masa waktu gue udah naik gojeknya tuh, gue dikejar coba sama si tukang angkot. Emang awalnya udah diingetin sama supir angkot yang laen, katanya mbak, mbak, naik angkot mba, udah nunggu dari tadi. Ya tapi kan gue ga mau!! Terus si driver gojek baik banget, dia bilang mba, kalau mau turun enggak apa, mba. Ya tetep aja gue gamau terus gue bilang ih gamaugamaugamau sambil memalingkan muka ke arah lain biar enggak kelihatan si supir angkot yang ngejar. Terus yaudah deh, gue ama abang gojek pura-pura stay cool aja. Sumpah Nem, gue deg-deg-an banget disitu," Curahan hati seorang Fitri.

Nah, jadi begitu ceritanya, guys.

Dear para pencari nafkah, rejeki kita sudah diatur dengan baik oleh Allah. So, enggak perlu merasa penumpang/customer kamu diambil oleh orang lain. Sama sekali enggak perlu.
Semua sudah ada porsinya. Tinggal kita aja yang berusaha untuk menjalaninya dengan ikhtiar dan penuh kesabaran.

Tempel hadist ini dalam otak,

 Innallaha ma'assoobiriin "Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar"

Okay. Semoga curhatan ini bisa membuat beberapa hati orang untuk lebih terbuka akan rezeki yang sudah diatur oleh Allah. Aamiin Allahumma Aamiin.

Sekiaaaan. Mohon maaf jika banyak salah kata. Bye~












Selasa, 21 Februari 2017

Ups! ZONA BAPER!

Pernah enggak sih, kamu berada dalam zona baper-se-baper-bapernya-baper? Kalau aku sih, sering. But, bapernya cukup dalam hati. Enggak mau umbar sana sini apalagi sampai menunjukkan mimik wajah kalau lagi baper. Jangan sampai.

Kali ini, aku sudah kelewat baper. Gimana sih, rasanya ketika kamu udah ngerasa memberikan kebaikan sepenuhnya sama orang. Tapi sebaliknya kamu malah enggak pernah dingertiin dan dihargai? Ya, simpulkan aja sendiri gimana rasanya. Enggak enak untuk dijabarkan.

Ini bukan masalah terlalu baper atau gimana, tapi ini memang tentang perasaan. Ini hati, bukan batu bata. Ini hati, susah buatnya. Enggak kayak batu bata, yang kalau hancur bisa dicetak lagi. Ini hati, bukan kertas. Yang bisa seenaknya dicorat coret terus di ubek-ubek dan dilempar.

Ketika kamu berada dalam posisi pengin marah pake banget, tapi enggak bisa. Gimana sih rasanya? Nyesek banget kan?
Feels like, my heart is in my throat. He-he. Rasanya tenggorokan kayak tesumbat eh~ susah napas.

Aku yakin, semua orang pernah ngalamin posisi ini. Dan bahkan, sedang mengalaminya. Who knows?

Enggak tau kenapa. Ya pengin aja nulis ini. Barangkali bisa sedikit menenangkan ketika tulisanmu dibaca oleh orang lain. Meskipun tanggapannya akan berbeda-beda.

Intinya, untuk siapa pun. Meskipun merasa enggak dihargai, jangan pernah putus untuk melakukan kebaikan. Jangan pernah jadi jahat. Boleh jahat, tapi enggak boleh nyakitin hati orang lain. Hayo, gimana tuh caranya? Hahahaha. Aku juga lagi belajar untuk itu.

So, mari saling berbuat kebaikan, tanpa memandang respon orang apa nantinya. Yang penting kewajiban untuk menjadi baik sudah terlaksana. Baper boleh, asal tetap di lingkaran. Wkwkwkw.

Bye





Kamis, 09 Februari 2017

SAKIT GIGI ON THE WEEKEND!

HARUS BACA BUAT YANG SAKIT GIGI.

Sakit Gigi On The Weekend! (Sakitnya Hilang dalam 5 menit)

Tepat hari ini, pagi ini, sakit gigi kembali melanda.
SUWAKID BUWANGED COY.
Padahal, sudah mau berangkat ke kantor. Tapi gara gara sakit banget sampai teriak-teriak, akhirnya kuputuskan untuk baring dulu sebentar sambil nungguin Sukma beliin obat sakit gigi di Apotik terdekat.

Sedikit berbagi cerita, jadi empat tahun yang lalu, tepatnya saat masih duduk di bangku kelas tiga SMP, aku kan pakai behel tuh. Dan kata dokter harus cabut 4 gigi biar ada ruang untuk gigi yang lain untuk menjadi rapi. Ya gitu lah pokoknya.

Jadi, aku fix cabut empat gigi. Dua di atas, dua di bawah. Lalu tibatiba bapak aku bilang "Kalau giginya ada yang bolong, di tambal segera aja, Dok".

Yasudah, akhirnya gigi yang bolong ditambal manja oleh dokter Sri Rezeki yang kerap disapa Dokter Hani.

Selang empat tahun, kejadiannya baru sebulan yang lalu.
Tambalan gigi itu lepas alias jadi kayak keropos. Padahal aku enggak pernah lupa sikat gigi! Tapi makan batu iya. Ehe ehe ehe. Garink.

Oke ini serius, aku enggak pernah lupa sikat gigi karena aku pakai behel. You know lah kalau pakai behel terus habis makan itu keadaannya gimana. But, tiba-tiba aja gigiku jadi bolong. Hwaaa!

Awalnya samsek gasakit. Cuma rada risih karena udah lama gigi enggak ada yang bolong. Selalu ada yang nyangkut tiap makan.

Karena enggak pernah sempat ke dokter gigi untuk tambal, jadi makin lama ini gigi makin sakit. (Fyi, dokter gigi behelku cuma menangani ortodonti, alias cuma khusus behel, jadi enggak bisa tambal gigi dengan beliau).

Sakit bangetngetnget. Nyutnyutnyut.
Kalau sudah sakit gigi begini, pikiran cuma satu,
"Ya Allah, mendingan sakit hati deh. I hope this is the last"
Padahal kalau lagi sakit hati pasti mikirnya gini, "ya Allah, mending sakit gigi deh. Sakit hati bikin ngebatin". Ah dasar. Manusia.

Singkat cerita, sekitar 15 menit berlalu.
Aku masih terbaring unyu di kasur tingkat sambil meringis ringis manja dengan memegang indah pipi sebelah kiriku.
Tiba-tiba, datang seorang perempuan coklat manis membawa obat cina. Namanya Obat Sakit Gigi Cap Kakak Tua.
Sesuai request. Wk wk wk.

And should u know, readers. Dalam sekejap saja, sakit gigi itu hilang!
Enggak nyangka, harganya cuma 10k, lho!
(Wakakaka lebay)
Obatnya kecil imut kayak badanku.
Dioleskan ke kapas, terus kapasnya ditaruh di gigi yang bolong.
Pedes gitu obatnya. Gak enak.
Tapi yauda enakin aja, daripada sakit gigi.
Terus kan itu enggak enak banget obatnya, jadi aku lepas kapas itu.
Daaaan, wow.
Alhamdulillah sakitnya hilang.
Keren.
Terima kasih kepada makhluk yang telah membisikkan obat recommended seperti ini. Thank you thank you thank you. Homina homina homina.


Foto by: Fira
Ini namanya obat Sakit Gigi Cap Kakak Tua. Tulisannya cina. Enggak ngerti. Bikin PR untuk memahaminya. Intinya itu lah namanya. Cari aja di apotik pasti ada.