Senin, 23 Oktober 2017

Sakit Gigi Bikin Turun 7kg!

     Jadi, karena sudah kurang lebih lima tahun pakai behel dan gigi belum terlalu rapih, dokter ortoku memutuskan untuk cabut dua gigi lagi. Yakni satu gigi atas sebelah kanan samping taring, dan satu gigi atas sebelah kiri yang baru saja ditambal karena bolong. Fyi, aku sudah mencabut empat gigiku sebelum pasang behel, yaitu saat kelas 3 SMP (sekitar tahun 2012). So, total keseluruhan, aku sudah cabut enam gigi karena behel.

.....Tolong enggak usah kaget, biasa aja. (Wkwk).

     (Oh ya, aku enggak nyeritain gimana proses sakitnya dicabut empat gigi, karena itu sudah lama banget, lima tahun yang lalu. Intinya sih sakit, haha)

     Ceritanya sebulan yang lalu, saat dokter orto menyarankan untuk cabut dua gigi lagi, aku langsung ngabarin bokap kalau mau cabut gigi. Karena bokap orangnya cuek aja dan yang penting gigiku rapih, ya langsung di iya-in aja.

     Gigi pertama dicabut hari kamis. Just so so, enggak terlalu sakit karena gigi yang dicabut itu kecil. Sakit nyeri-nyeri geli bentar doang, habis itu hilang sakitnya.

     Naaaaaah, waktu cabut gigi yang besar sebelah kiri ini lho, sakitnya khand maeeeend. Fyi, gigi ini sempat bermasalah karena bolong, jadi dokter Marten (dokter gigiku yang di Sangatta) bilang dirawat aja, jangan dicabut. Alhasil gigi itu dirawat selama kurang lebih satu bulan biar sehat dan enggak bolong lagi. Namun karena permintaan dokter orto yang di Samarinda (dokter Syaiful), jadi gigi yang sudah dirawat sebulan ini harus dicabut.

     Kecewa sebenarnya. Karena ini gigi sudah memakan banyak waktu dan biaya buat dirawat, tapi ujung-ujungnya dicabut juga. Tapi enggak apa, demi lepas behel tahun depan (aamiin), aku rela gigi yang besar ini dicabut.

     Karena sebelumnya sudah pernah merasakan cabut empat gigi besar, aku sudah paham betul bagaimana euforia cabut gigi. So, aku enggak terlalu ambil pusing dan stres karena sudah terlalu bersahabat dengan dokter gigi. -_______- kzl.

     Aku cabut gigi geraham di dokter gigi spesialis ahli bedah yang ada di Samarinda. Biusnya itu sampai ke hidung, jadi mati rasa. Bernafas cuma pakai satu hidung. Terus itu, efek sakitnya juga lama banget, padahal dosis obatnya sudah lumayan besar.

     Karena sakit gigi yang berkepanjangan ini, aku jadi jarang makan dan enggak nafsu makan. Yang biasanya makan tiga kali sehari, jadi setengah porsi sehari, ya karena enggak bisa makan. Mau nangis tiap liat orang makan.

     Setelah hampir dua minggu cabut gigi dan sakitnya enggak hilang-hilang, akhirnya aku kontrol ke dokter dan mengeluh kalau sakitnya enggak hilang. Saat diperiksa, katanya gigiki tumbuh lagi, tapi arahnya miring ke langit-langit mulut. Itu harus dioperasi.

     Aku stres.

     Pulang ke kosan langsung nelpon umi dan ngabarin kalau aku harus operasi gigi. Kata umi operasi di Sangatta aja, yasudah aku pulang deh ke Sangatta. Sampai sana, aku langsung rontgent dan kata dokter Nova, ini salah prediksi, bukan tumbuh gigi tapi tulang rahangnya keluar sampai gusi. Rasanya memang kayak gigi, tapi sebenarnya itu tulang.

     Jreng......

     Sedikit lega, tapi tetap saja mulutku dibedah (lagi) untuk membenarkan tulang yang keluar sampai gusi itu. -____-

     Setelah itu, dokter suruh aku nimbang berat badan, dan ternyata turun tujuh kilo. Yang tadinya 56, jadi 49. What a beautiful day. Pantesan aja badan berasa ringan kayak habis ngezumba wkwkwkwk.

     So, enggak usah diet, sakit gigi aja. Ha ha ha pembodohan.

     Jadi, kalau mau gigi bagus itu memang butuh perjuangan. Ini sakit gigi bukan karena malas sakit gigi, tapi ya emang karena tulangnya aja lari lari sampe ke gusi. Tapi enggak apa, sudah lama enggak merasakan berat badan 40an. Terakhir itu SD kelas empat. Selalu ada hikmah dalam setiap kejadian. Hahahaha.