Kamis, 09 Maret 2017

Oh, Gojek


Eits. Tulisan ini cuma untuk curhat. Bukan untuk profokasi, ya! he-he

Sebagai warga Samarinda yang tak pernah luput dari update-an BUSAM di Facebook, pastinya sudah pada tahu, kan, beberapa hari yang lalu para supir angkot melakukan demo untuk menghentikan oprasi gojek di Kalimantan?

Sebagai pengguna Gojek dan Go-Food, and also sebagai mahasiswi yang bisanya cuma curhat di blog, aku pengin sedikit berbai cerita lagi tentang pengalaman selama menggunakan gojek.

Oke, mulai dari sangat awal sekali.

Aku pertama kali naik gojek itu, waktu di Jakarta. Berhubung di sana macet dan angkot apalagi Kopajanya serem, jadi aku memutuskan untuk naik gojek sajalaah~ Fyi, Saat itu di Kalimantan belum ada Gojek. Kesan pertama kali, Subhanallah, baik banget abang gojeknya.
Waktu itu, aku mau ke Kota Kasablanka. Enggak jauh-jauh banget dari tempatku, yaitu di Menteng Atas. Abang Gojek tiba-tiba datang menghampiri "Ini mbak Fira, ya? Maaf ya mbak, saya enggak pakai kostum ala gojek. Soalnya takut diisengin sama abang-abang yang lain (baca: tukang ojek di pangkalan)" Ujar si Bapak yang aku lupa siapa namanya. Tanpa berlama-lama, aku langsung pakai helm yang diberi oleh si Bapak dan cuuuuus ke Kokas. Dalam perjalanan yang sebentar itu, Bapak sempat cerita tentang bagaimana keadaannya. Beliau harus terus menyembunyikan jaket dan helm hijaunya untuk mencari aman. "Padahal kan, rejeki mah udah di atur ya neng. Enggak ada salahnya kalau ada gojek. Lagian, banyakan juga yang minat sama kita-kita karena lebih murah. Tapi, ya namanya juga mereka yang ada duluan, ya udah deh. Istilahnya mah, mereka udah senior," tambah si Bapak.

To be honest, aku iya-iya-in aja tuh si Bapak. Padahal, ya Allah, kasian banget dah. Nyari duit gini amat.

Oke, lanjut cerita ke-dua. Masih di Jakarta.
Dan masih sama, di Mentas. Namun kali in tujuannya ke Tebet. Aku pesan Gojek dan menunggu di Rasuna Office Park. Enggak butuh waktu lama menunggunya, tetiba si abang Gojek datang. Aku masih inget banget namanya itu Arif. Soalnya, doi masih muda, masih kuliah, katanya. So, enggak mau dipanggil abang. Ew genit amat-_-. sekip. Lanjut pada cerita si Arif. Begini percakapannya,

Note: Si Arif emang rada genit dan sok akrab
A: Arif
FC: Fira Cantik

***
A: Ini Fira, ya?
FC : Iya, bang.
A: Oke, pakai helmnya dulu, Fir.
FC: (ebuset uda manggil nama aje ni orang, sokap lu? haha) Oke, bang *lalu naik motor*
A: Fira kuliah disini?
FC: Enggak, bang. Lagi liburan aja.
A: Oh, aku masih kuliah, Fir. Jangan panggil abang. Panggil nama aja
FC: Oh, iya.
A: Ngapain ke Tebet?
FC: Ketemu temen
A: Ohh, maaf yah Fir banyak tanya. Biar enggak BT gitu. Jauh soalnya.
FC: Lah iya enggak papa. Sudah lama jadi gojek?
A: Baru lima bulan nih. Lumayan buat bayar SPP
FC: Ohh gitu, kiran udah lama
A: Baru Fir, ini juga terpaksa. Kalau banyak duit mah kerjanya 'ngegedung' bukan 'ngegojek'.
FC: *ketawa* *padahal sedih* *lalu diem*

PS: Ya mungkin dari tanda kutip itu, kalian bisa mengerti maksud Arif ya.
Akhirnya sampai pada tujuan. Yaitu di Taman Honda Tebet. Waktu itu mau ketemuan sama si Riva. Tapi Riva beluman dateng. Terus si Arif bilang "Eh ini aku tinggal ya. Hati-hati jangan nyasar". Terus akhirnya aku mikir. Sebelum jadi driver gojek itu, harus dilatih jadi baik, ya? atau emang mereka pada baik? atau, gimana sih? au ah. Intinya mereka pada baik.

Sebenarnya, masih banyak pengalaman menarik waktu naik Gojek. Tapi, di Jakarta aku lebih sering naik Grab Bike dan Grab Car. Karena ini cerita tentang gojek, yauda ceritanya tentang gojek aja. hahaha.

Naaah sekian lamanya waktu berjalan, akhirnya tibalah Gojek di Samarinda.
YEAAAY! Senang banget ketika mendengar kabar tersebut. Karena, semenjak ada Gojek, aku enggak perlu repot lagi kalau kemana-mana. Khususnya saat mau pulang ke Sangatta. Yang biasanya harus dempet-dempetan di angkot untuk menuju terminal Lempake, belum lagi om supirnya mutar-mutar dulu masuk gang untuk nganter penumpang, sekarang bisa jadi cepat nyampe Lempake.

Kedua, senang karena akhirnya ada yang mem-fasilitasi ke-mager-an ku. (Baca: GoFood).
Tahu sendiri ya, kalau ciwiciwi suka magerita manja mau beli makan keluar. Apalagi yang berjilbab, harus pakai celana/rok panjang dulu, baju lengan panjang/jaket dulu, dan jilbab dulu. Eits! bukan berarti jilbab ini ngeribetin, ya! Ini kan, posisinya lagi mager. Hehe. Jadi, apa-apa serba mager. Hehe.

Aku punya dua kejadian tak mengenakkan selama naik Gojek di Samarinda. Bukan karena ulah Gojek, namun karena 'diisengin'. Satu adalah ceritaku, dan satunya adalah cerita teman sekontrakanku. Fitri namanya.

Mulai dari ceritaku, ya!
Waktu itu, aku mau pulang kampung, ke Sangatta. So, seperti biasa aku naik gojek ke terminal Lempake. Sampai di sana, aku mendengar para supir angkot meneriakiku. "Mbaknya, kalau ke sini jalan kaki aja!" Itu ditujukan untukku, setelah aku membayar dan Gojeknya pergi.
Seketika aku menoleh, lalu kuputuskan untuk tidak menghiraukannya.

Sambil berjalan terus menuju Bus tujuan Sangatta, aku dihampiri oleh bapak-bapak. Aku enggak ngerti beliau siapa, intinya beliau bilang, "Mba, Kalau mau kesini ya naik angkot. Di sini tempatnya angkot. Kalau mau naik gojek, turun dari pinggir jalan raya. Jangan masuk terminal," tutur si Bapak.

YAELAAAAAH. Busetdah. Kaget, ternyata gitu, ya, peraturannya. "Oh, iya pak. Maaf saya enggak tahu," jawabku ketus. Teguran bapak-bapak itu membuatku menjadi pusat perhatian, dan seketika mood ku hancur! Di dalam bus, yang biasanya aku melontarkan senyum pada orang yang duduk di sampingku, saat itu aku hanya diam sambil berkutat dengan HP. Tiba-tiba, ada seorang ibu yang menegurku. "Mba, emang enggak boleh naik gojek sampai dalam terminal. Kena disariki lawan buhan angkot. Kemarin aku kejadian jua soalnya," tukas si Ibu. Aku hanya membalas perkataan ibu itu dengan "iya bu, saya enggak tahu soalnya," udah. gitu aja. lagi bete soalnya. maaf ya bu.

Okeh, cerita ke dua!!!!
Ini ceritanya dari Fitri. Temen se-gue-gue-elo-elo-an kalau di kontrakan. Partner kamar. Partner ngomongin orang. Partner curhat. Partner tebeng-menebeng. DSB.

Saat itu, Fitri baru pulang dari Sangatta dan kembali ke Kota Tepian, Samarinda.
Doi memutuskan untuk naik Gojek menuju kontrakan. Fitri sudah pernah sebelumnya mengantisipasi kemarahan supir angkot bersamaku beberapa bulan lalu, saat kami balik menuju Samarinda bersamaan. Kami menunggu driver Gojek datang dari tempat yang agak jauh dari terminal. Biar enggak ketahuan sama supir angkot, kalau kami naik Gojek.

Back to story, si Fitri ini sempat diminta turun dan dikejar oleh supir angkot, lho!
Fitri cerita begini "Iyah Nem, (Nem: Panggilan SMP gue, ENEM) masa waktu gue udah naik gojeknya tuh, gue dikejar coba sama si tukang angkot. Emang awalnya udah diingetin sama supir angkot yang laen, katanya mbak, mbak, naik angkot mba, udah nunggu dari tadi. Ya tapi kan gue ga mau!! Terus si driver gojek baik banget, dia bilang mba, kalau mau turun enggak apa, mba. Ya tetep aja gue gamau terus gue bilang ih gamaugamaugamau sambil memalingkan muka ke arah lain biar enggak kelihatan si supir angkot yang ngejar. Terus yaudah deh, gue ama abang gojek pura-pura stay cool aja. Sumpah Nem, gue deg-deg-an banget disitu," Curahan hati seorang Fitri.

Nah, jadi begitu ceritanya, guys.

Dear para pencari nafkah, rejeki kita sudah diatur dengan baik oleh Allah. So, enggak perlu merasa penumpang/customer kamu diambil oleh orang lain. Sama sekali enggak perlu.
Semua sudah ada porsinya. Tinggal kita aja yang berusaha untuk menjalaninya dengan ikhtiar dan penuh kesabaran.

Tempel hadist ini dalam otak,

 Innallaha ma'assoobiriin "Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar"

Okay. Semoga curhatan ini bisa membuat beberapa hati orang untuk lebih terbuka akan rezeki yang sudah diatur oleh Allah. Aamiin Allahumma Aamiin.

Sekiaaaan. Mohon maaf jika banyak salah kata. Bye~